Jumat, 15 April 2011


BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kebijakan yang menetapkan tentang perkopian dengan cara meningkatkan mutu dan produktivitas serta memperluas areal kopi khususnya kopi Arabika.
Di Indonesia tanaman kopi sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya akan dapat ditingkatkan.
Dalam era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka dapat dihasilkan mutu produk (biji kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal tersebut perlu diperhatikan para pekebun kopi agar usaha taninya dapat berhasil baik, produksi kopinya tinggi dan pendapatan petani juga tinggi.
Pengembangan tanaman kopi Arabika di Indonesia meliputi berbagai daerah seperti Lampung, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Timor timur, Aceh dan lainnya. Di Aceh tanaman kopi Arabika banyak di temukan di daerah dataran tinggi Gayo yang di tanam pada tiga Kabupaten yaitu, Aceh Tengah dengan luas mencapai 46.000 ha, Bener Meriah dengan luas 37.000 ha dan Gayo- Lues seluas 3.000 ha (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI), 2008).
Berdasarkan data tersebut Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika dengan pengembangan yang hampir merata di seluruh kecamatan. Salah satu kecamatan pengembangan kopi Arabika tersebut adalah kecamatan Permata. Luas tanaman kopi di Kecamatan Permata mencapai 9.147,50 ha (BPS Kabupaten Bener Meriah, 2008). Namun demikian keberhasilan tanaman kopi Arabika di kecamatan tersebut masih perlu peningkatan.
Di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah, kegiatan budidaya tanaman kopi masih dilakukan secara tradisional. Selain itu masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap beberapa varitas unggul yang sesuai dan di anjurkan untuk dataran tinggi Gayo.
Ada beberapa varitas tanaman kopi Arabika saat ini umum di tanam oleh petani Gayo, yaitu Arabusta Timtim, Catimor, P 88, Borbor, S 795, Ateng super, Bergendal, Jember dan varitas lainnya (Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Gayo, 2009). Demikian juga dalam usaha pembudidayaannya terdapat beberapa faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu, teknik penyediaan sarana produksi, proses produksi atau budidaya, teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (Agroindustri), dan sistem pemasarannya (Ernawati et all., 2008). Keempat-empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan benar.

1.2. Tujuan
Tujuan dari Peraktek Lapang ini adalah untuk rnengetahui sistem pengelolaan lahan kopi Arabika di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.
1.3. Metode
Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode survei dengan melihat secara langsung di lapangan dan mengumpulkan data dengan beberapa pendekatan yaitu:
a. Pengambilan Data Primer
Pengambilan data primer merupakan pengumpulan data berdasarkan observasi. Data diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan pada areal penanaman tanaman kopi Arabika di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah serta wawancara berupa tanya jawab dengan beberapa orang petani yang terlibat langsung dalam budidaya tanaman kopi Arabika.
b. Pengambilan Data Skunder
Data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga, instansi-instansi pemerintah yang berhubungan langsung dengan masalah serta bahan referensi atau buku-buku perpustakaan yang ada kaitannya dengan budidaya tanaman kopi Arabika.
1.4. Tempat dan Waktu
Praktek lapang ini dilaksanakan di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah yang berlangsung mulai bulan Juni sampai dengan selesai.



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika
Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan. Oleh karena itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat (Ernawati et al., 2008).
2.1.1. Iklim
a. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi. Ketinggian tempat yang sesuai untuk lahan kopi Arabika adalah 1.000 sampai dengan 2.000 m dpl (PPKKI, 2008). Selain itu ketinggian tempat dapat berpengaruh terhadap suhu bagi pertumbuhan tanaman kopi. Oleh karena itu kopi Arabika sebaiknya ditanam pada ketinggian di atas 750 mdpl (Yardha dan Karim, A. 2000).
b. Suhu
Faktor suhu merupakan faktor berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi, terutama pembentukan bunga dan buah serta kepekaan terhadap serangan penyakit. Suhu diatas 35oC dan sebaliknya suhu dingin-beku akan dapat mematikan dan merusak panen tanaman kopi. Pada umunya tanaman kopi menghendaki suhu berkisar antara 15-30oC, namun dalam usaha pengembangannya perlu diperhatikan bahwa tanaman kopi Arabika menghendaki suhu harian 15-25oC dan dengan suhu di atas 25 oC akan dapat menghambat- proses fotosintesis tanaman kopi sehingga akan dapat berpengaruh pada rendahnya produktivitas tanaman (Siswoputranto, 1993).
c. Curah hujan
Curah hujan umunya akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan tanaman.Tanaman kopi Arabika tumbuh optimum di daerah dengan curah hujan 2.000-4.000 mm-1 tahun (Ernawati et all.,2008).
2.1.2. Tanah
Tanaman kopi Arabika menghendaki tanah gembur, subur, dan kaya bahan organik. Kopi Arabika dapat tumbuh baik pada tanah dengan kelerengan kurang dari 45%, kedalaman efektif lebih dari 100 cm, tekstur tanah lempung berpasir (loamy) dengan struktur lapisan atas remah (PPKKI, 2008). Selain itu PPKKI (2008), menyebutkan tanaman kopi Arabika juga menghendaki tanah dengan sifat kimia sebahgai beikut.
- Kadar bahan organik > 3,5% atau kadar C > 2%.
- Nisbah C/N 10-12.
- Kapasitas Tukar Kation (KTK) > 15 me-1100 g tanah.
- Kejenuhan Bassa > 35%.
- pH tanah 5,5-6,5. Kadar unsur hara minimum N 0,28%; P ( Bray I) 32 ppm; K tertukar 0,50 me-1100 g, Ca tertukar 5,3 me-1100 g, Mg tertukar 1 me-1100g.




2.2. Pengelolaan Lahan
2.2.1. Persiapan Lahan
Dalam mempersiapkan lahan untuk penanaman kopi Arabika langkahnya dibedakan atas riwayat asal penggunaan lahan. Menurut PPKKI (2008), lahan untuk tanaman kopi di bedakan menjadi tiga, yaitu
1. Areal hutan sekunder bekas ladang berpindah.
2. Areal kebun aneka tanaman.
3. Areal semak belukar.
Bila lahannya adalah lahan hutan sekunder bekas ladang berpindah maka persiapan yang perlu dilakukan sebagai berikut: (1) Dipastikan bahwa areal hutan sekunder dengan kepemilikan jelas. (2) Dilakukan pembongkaran pohon-pohon, tunggul beserta perakarannya. (3) Pembongkaran tanaman perdu dan pembersihan gulma. (4) Pembersihan lahan, kayu-kayu ditumpuk di satu tempat di pinggir kebung dengan tidak melakukan pembakaran. (5) Pencetakan kebun secara hektaran. (6) pembuatan jalan-jalan, jembatan berserta saluran drainase. (7) pembuatan teras-teras pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 15 %.
Areal kebun aneka tanaman disiapkan dengan cara sebagai berikut.
1. Pemberian tanda tanaman yang dipilih digunakan sebagai tanaman pelindung atau penaung. Sebagai penaung kopi dipilih jenis yang bernilai ekonomis, tajuknya mudah diatur (tahan pangkas) dan lebih baik meneruskan cahaya diffus. Jarak tanam antara 10 m x 10 m tergantung pada besarnya ukuran tajuk (habitus) tanaman. Namun pada umunya di dataran tinggi Gayo tanaman pelindung di tanam di antara barisan tanaman kopi dengan jarak tanam 6m x 6m atau 8m x 8m, sesuai jenis tanaman pelindung yang di usahakan (Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Gayo, 2009).
2. Memotong perdu dan semua tanaman yang tidak dipilih,
3. Kayu di kumpulkan di pinggir kebun serta membersihkan gulma secara manual.
Bila lahan merupakan areal semak belukar maka persiapan yang dilakukan pada prinsipnya sama dengan persiapan lahan dari hutan sekunder. Persiapan yang dilakukan antara lain dengan melakukan penumpukan sisa-sisa semak dalam barisan-barisan di dalam kebun dengan lebar lorong yang bersih dari tumpukan semak 1 m dan jarak antar lorong 4-5 m.
2.2.2. Pengolahan Tanah
Faktor fisik dan biologi lahan merupakan faktor utama yang mempengaruhi petani untuk berproduksi. Pengelolaan tanah memegang peranan penting dalam peningkatan produksi dan mempertahankan produksi pada tingkat yang optimal (Hakim et al., 1986). Pada tanaman kopi Arabika pengelolaan lahan merupakan faktor yang sangat perperan untuk menunjang peningkatan produktifitasnya, dalam hal ini antara lain adalah pengolahan tanah.
Pengolahan tanah pada lahan tanaman kopi Arabika yang terpenting adalah pada saat pembuatan lubang tanam. Pada proses pembuatan lubang tanam tanah yang di keluarkan dibiarkan pada bagian luar kiri atau kanan dan di campur dengan pupuk kandang sebanyak 15 sampai 20 kg-1lubang. Setelah dimasukkan kembali ke dalam lubang tanam dan dibiarkan selama 2 sampai 4 minggu sebelum tanam (Perpustakaan online DEPTAN, 2010).
2.2.3. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam hendaknya dilakukan dengan memperhatikan jenis kopi, keadaan lahan, kesuburan tanah dan keadaan iklim. Kopi Arabika menghendaki jarak tanam yang lebih kecil daripada jarak tanam kopi robusta (Syamsulbahri, 1996). Lubang tanam dibuat 3-6 bulan sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan membunuh bibit penyakit. Jarak tanam yang dianjurkan oleh Dirjen Perkebunan adalah 2,5 m x 2,75 m untuk kopi robusta dan 2,5 m x 2,5 m untuk kopi Arabika. Siswoputranto (1993), menyebutkan lubang tanam untuk tanaman kopi dapat dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm.
Letak lubang tanam dibuat dengan tali yang diberi tanda jarak tanam yang dikehendaki sehingga barisan lubang tanam lurus dan jaraknya teratur. Setelah letak lubang ditentukan, lalu diberi tanda berupa patok (ajir) yang terbuat dari kayu atau bambu. Ajir ini akan menjadi petunjuk letak lubang tanam (Bina UKM, 2010).
2.2.4. Pembibitan
Menurut PPKKI (2008), tahap-tahap pembibitan yang harus dilaksanakan adalah pemilihan varitas, perencanaan pembibitan, pemilihan lokasi, persiapan lahan persemaian dan pembibitan, pelaksanaan dan pemeliharaan bibit.
a. Memilih Bibit
Memilih bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman kopi. Pemilihan bibit tanaman kopi mencakup -berbagai aspek yakni, pemilihan varitas unggul yang sesuai, macam bibit, serta sumber bibit dan benih.
- Varitas unggul anjuran, Bibit yang akan ditanam harus berasal dari klon unggul yang sesuai dan di anjurkan. Berdasarkan hasil uji varitas oleh PPKKI (2008), varitas kopi Arabika anjuran yang sesuai di dataran tinggi Gayo adalah Arabusta Timtim, P 88, dan Borbor (varitas lokal), adapun identifikasi varitas tersebut seperti pada Tabel 1.
- Buah yang dipungut adalah yang masak, kemudian dipilih yang baik, tidak cacat dan yang besarnya normal. Jika biji ini tidak memenuhi syarat harus disingkirkan. Semua buah atau biji kopi yang memenuhi syarat kemudian dikerjakan sebagai berikut: (i) Biji dikelupas kulitnya, dinjak‐injak dengan kain, tetapi kulit tanduk tidak sampai lepas, (ii) Lendir yang melekat dibersihkan dengan cara dicuci atau digosok permukaannya dengan abu dapur, (iii) Setelah bersih biji dikering anginkan satu atau dua hari, tidak langsung terkena sinar matahari, melainkan kering angin, (iv) Biji‐biji yang sudah kering, selanjutnya diadakan pemilihan yang kedua kalinya. Jika biji kopi itu hampa dan bentuknya jelek, harus disortasi, tidak perlu disemai.
b. Persemaian
Tempat persemaian perlu memenuhi persyaratan, antara lain tidak mengandung nematoda dan cendawan akar, drainase tanah baik, mudah dalam penyiraman, dekat dengan tempat pembibitan sertdak terganggu dari gangguan hewan. Dalam pembuatan tempat persemaian selain pembuatan atap bedengan tanah dicangkul dengan kedalaman kira-kira mencapai 30 cm dan diberi lapisan -
Tabel 1. Identifikasi varitas kopi Arabika anjuran yang telah di budi dayakan di dataran tinggi Gayo.
Identifikasi Nama Varitas
Arabusta Timtim P 88 Borbor
Asal-usul Kopi Arabika Asal Timor leste yang telah beradaptasi di dataran tinggi Gayo. Hasil seleksi individual pada keturunan Catimor koleksi industri dari Thailand yang diuji dib alai penelitian kopi Gayo. Hasil seleksi individual pada keturunan Arabusta Timortimur yang dilakukan oleh petani/pekebun Gayo.
Tipe tajuk Berupa perdu kekar tinggi melebar dengan daun cukup rimbun Perdu katai, kompak Berupa perdu kekar, melebar dengan daun cukup rimbun.
Daun Daun tua berwarna hijau tua gelap, daun muda berwarna coklat kemerahan, bentuk oval melebar, pangkal runcing, ujung meruncing, lembar tebal agak kaku. Daun tua berwarna hijau kekuningan, daun muda berwarna coklat kehijauan, bentuk oval agak melebar berukuran besar, helaian daun tebal bergelombang dengan urat daun seperti sirip teratur. Daun tua berwarna hijau tua gelap, daun muda berwarna coklat kekuningan, bentuk oval melebar, pangkal daun runcing, ujung meruncing, helaian daun agak kaku dan tebal.
Saat awal berbunga 1,5 tahun setelah ditanam di lahan penanaman. - 1,5 tahun setelah ditanam di lapangan, berbunga beberapa kali mengikuti pola sebaran hujan sepanjang tahun.
Buah Saat muda oval membulat berwarna hijau bersih, saat tua berbentuk bulat memanjang berukuran sedang, dompolan menyerupai dompolan kopi Robusta, masak relatif serempak, berwarna merah hati, dengan kisaran 11-45 buah/ruas. Saat muda bulat besar berwarna hijau kusam buah tua membulat berukuran tidak seragam, diskus melebar, jika masak berwarna merah masak kurang serempak, dengan jumlah buah 15-20 per ruas . Saat muda oval memanjang berwarna hijau bersih, saat tua berbentuk bulat memanjang berukuran sedang, dompolan menyerupai dompolan kopi Robusta, masak tidak serempak, mengikuti pola penambungan yang terus menerus jika masak berwarna merah tua cerah.
Biji Cendrung membulat seperti Robusta. Mutu fisik baik, mutu seduhan baik. Bentuk oval agak membulat.
Ketahanan penyakit Karat daun, Hemileia vastarix (agak rentan-tahan). Agak tahan terhan terhadap nematoda parasit, agak tahan karat daun, Hemileia vastarix Karat daun, Hemileia vastarix, pada umumnya cukup tahan.
Produktivitas 900-1.500 kg/Ha untuk populasi 1.600 pohon/ha pada ketinggian >1000 m dpl. 1.000-1.500 kg/ha untuk populasi 2000 pohon/ha pada ketinggian tempat penanaman ≥ 700 m dpl. 1.000-1.500 kg/Ha untuk populasi 1.600 pohon/ha pada ketinggian >1000 m dpl.
Sumber: PPKKI (2008).
pasir setebal 5 cm. Sebelum benih kopi disemaikan perlu dulakukan penyiraman. Benih kopi ditanam dengan permukaan datar menghadap kebawah sedalam 0,5 cm dengan jarak 2,5 cm x 5 cm. Pada umur 2,3-3 bulan dipersemaian bibit harus dipindahkan kedalam tempat pembibitan (Syamsulbahri, 1996).
Pembibitan sama halnya dengan proses persiapan pada persemaian. Namun pengolahan tanah yang dilakukan dengan kedalaman sekitar 60 cm. Bibit di tanam dengan jarak 20cm x 20 cm, 25 cm x 25 cm, 20 cm x 30 cm dengan kedalaman sekitar 10 cm ( Jahmadi, 1979 dalam Syamsulbahri, 1996). Pada proses pembibitan ini bibit tanaman akan siap ditanam di lapangan setelah 6 bulan dalam pembibitan.
2.2.5. Penanaman
Setelah pohon pelindung dan lubang tanam telah siap maka tahap selanjutnya adalah penanaman. Penanaman bibit di lapangan sebaiknya dilakukan setelah 6-8 bulan umur bibit tanaman sebelum bibit tanaman membentuk cabang primer (Siswoputranto, 1993).
Penanaman bibit di lubang-lubang tanam yang telah disiapkan perlu dilakukan dengan hati-hati agar perakaran bibit tanaman tidak rusak. Untuk mencegah agar tidak terjadi genagan air di lubang tanaman, permukaan tanah tempat penanaman tanaman kopi dibuat berbentuk cembung (Siswoputranto, 1993).
Bibit kopi yang telah disiapkan harus ditanam pada lubang-lubang tanam dengan jarak 2 atau 2,5 m perlubang tanam dengan kedalaman 40 cm. Pada saat penanaman dan penutupan lubang tanam, tanah dicampur dengan pupuk organik berupa kulit kopi atau pupuk kandang (Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis, 2009).
2.2.6. Pemupukan
Pemupukan tanaman perlu dilakukan agar persediaan hara dalam tanah tetap terjamin, untuk kepentingan pertumbuhan vegetatif tanaman kopi maupun untuk pembentukan buah. Dosis pemupukan harus disesuaikan dengan keadaan kebun, kesuburan tanah maupun umur tanaman. Pemupukan tanaman kopi dapat dilakukan pada lingkar piringan pohon kopi, agar pupuk dapat diserap secara maksimal oleh akar-akar serabut tanaman kopi (Siswoputranto, 1993).
a. Dosis Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran Urea, TSP, dan KCl) masing-masing ½ dari dosis 100 gr Urea, 50 gr TSP, dan 50 gr KCl, pada saat tanaman berumur 2 tahun. Setelah tanaman berumur 3-4 tahun, tinggi tanaman mencapai 150 cm dilakukan pemangkasan 30 cm dari pucuk, bila tanah kurang subur diperpanjang pemangkasannya menjadi 40-50 cm dari pucuk (Ernawati et al., 2008).
Di dataran tinggi Gayo umumya pelaksanaan kegiatan budi daya tanaman kopi masih secara organik. Karim (2000), menyebutkan beberapa bahan baku lokal sebagai bahan organik yang potensi dimanfaatkan adalah (1) kulit kopi (5-6 t-1ha¬¬¬-1th), (2) Pangkasan rumput vertiver (10-12 t-1ha¬¬¬-1th ), (3) pangkasan lamtoro (5-8 t-1ha¬¬¬-1th), (4) sampah kebun (3-4 t-1ha¬¬¬-1th), (5) pupuk kandang (padat 8-10 t-1ha¬¬¬-1th, cair 3.000-4.000 l-1ha¬¬¬-1th bila dipelihara 2 ekor kerbau-1ha). Selain kelima bahan tersebut, untuk meningkatkan kandungan hara N dapat pula dibudidayakan Azollamyicrophilla (Karim dan Darusman, 1997a dalam Karim et al., 2000).
2.2.7. Pemeliharaan
a. Pemangkasan Kopi
Pada perkebunan kopi yang baik harus dipangkas baik tanaman pokok maupun pohon pelindung. Di Indonesia umumnya pemangkasan tanaman kopi baik kopi Arabika maupun Robusta dilakukan menggunkan sistem batang tunggal.
1. Pangkasan Bentuk
Pangkasan bentuk, bermaksud agar tanaman tersebut membentuk mahkota pohon yang dikehendaki. Tanaman tidak tumbuh begitu tinggi, maka perlu dilakukan pemangkasan pucuk, guna menghentikan pertumbuhan ke atas, dan member kesempatan cabang-cabang primer bisa memanjang, sehingga pertumbuhan bertambah luas dan melebar. Pemangkasan bentuk dapat dilakukan dengan beberapa langkah seperti berikut:
- Batang Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) atau Tanaman Menghasilkan I (TM I) yang mempunyai ketinggian ± 1 m dipenggal dan tiga cabang primer dipotong pada ketinggian 100-120 cm sebagai unit tangan “tingkat pertama”. Pemotongan cabang dilakukan pada ruas ke 2-3, dan cabang primer pasangannya dihilangkan seperti tnpak pada Gambar 1.
- Tunas yang tumbuh pada cabang primer yang telah dipotong dilakukan pemotongan ulang secara selektif (dipilih yang kokoh),
- Semua tunas air (Gayo: ceding) yang tumbuh pada batang dihilangkan agar percabangan kuat,






-
- Setelah batang “tingkat pertama” tumbuh kuat, satu tunas air yang tumbuh dibagian atas dipelihara dan 2-3 cabang plagiotrop (cabang yang tumbuh kesamping) terbawah dihilangkan. Kemudian dilakukan pembentukan calon tangan “tingkat kedua” pada ketinggian 160-180 cm dengan cara sama seperti pada tahap 1 tetapi arahnya berbeda (PPKKI, 2008).
2. Pangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan ini dilakukan dengan tujuan mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman yang diperoleh dari pangkasan bentuk yang diperoleh dengan cara menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif. Cabang-cabang tidak produktif atau cabang tua yang sudah berbuah 2-3 kali, cabang balik, cabang liar, cabang cacing, cabang terserang hama penyakit atau rusak dan tunas air. Untuk cabang berbuah 3 kali (B3) dapat dipelihara tetapi selektif. Pemotongan cabang produksi dilakukan pada ruas cabang yang telah mengeluarkan tunas dan diusahakan sedekat mungkin dengan batang.









Gambar 2. Pemangkasan Pemeliharaan. (a) sebelum dilakukan pemangkasan, (b) setelah dilakukan pemangkasan.

b. Penyiangan
Penyiangan gulma pada tanaman kopi Arabika dilakukan dengan cara membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi, Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah, untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun (Perpustakaan Online DEPTAN, 2010).
Pada perkebunan kopi Arabika di daerah Aceh terdapat beberapa jenis gulma yang dominan yakni, rumput ketulan (Bidens bitermata), lela (Oxalis latifolia), keriris (Gymnopetalum leucostictum, teteguh (Eleusine indica), pegege (Jw. Pagagan, Centella asiatica), jejingki (Drimaria cordata), teteres (Cyperus cyperiodes), nilam babi (Ageratum spp.), bayam rui (bayam duri) (Amarantus spinosus), dan rukut (Solanum nigrum).
Pengendalian gulma tersebut dapat dilakukan dengan pengendalian secara kultur teknis, mekanis dan kimiawi. Pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat seperti Para-Col, Gramoxone, Basta 150, WSC, dan roundup (PPKKI, 2008).
c. Pohon Pelindung
Pohon pelindung merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menunjang produktifitas tanaman kopi Arabika. Penanaman pohon pelindung dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi besarnya tigkat sinar matahari yang dapat mengenai tanaman kopi sehingga proses fisiologinya dapat berjalan dengan baik.
Penanaman pohon pelindung dilakukan pada saat 1-2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dan lainnya. Pengaturan pohon pelindung dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
- Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi.
- Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
- Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4 (Koprasi Usaha subur Sumatra Utara, 2010).
Bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan kopi, pengaturan pohon naungan perlu dilakukan. Pngaturan pohon naungan dapat dilakukan pemangkasan, dan pengompresan (Syamsulbahri, 1996).
2.2.8. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Hama
Menurut Ernawati et al., (2008), hama utama kopi yang dapat menurunkan produksi dan mutu kopi adalah penggerek buah kopi oleh Hypothenemus hampei Ferr. Gejala serangannya dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak), buah gugur mencapai 7-14% atau perkembangan buah menjadi tidak normal dan busuk. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut:
- Petik semua buah yang masak awal (baik pada buah yang terserang maupun tidak), biasanya dilakukan pada 15-30 hari menjelang panen raya. Untuk mencegah terbangnya hama, pada saat menampung buah digunakan kantong yang tertutup, kemudian buah direndam dalam air panas selama sekitar 5 menit.
- Lakukan lelesan, yaitu dengan mengumpulkan semua buah yang jatuh di tanah untuk menghilangkan sumber makanan bagi hama.
- Dilakukan racutan/rampasan, yaitu memetik semua buah yang telah berukuran 5mm yang masih ada di pohon sampai akhir panen (hal ini untuk memutus daur hidup hama).
- Lakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung agar kondisi lingkungan tidak terlalu gelap.
- Dapat juga dilakukan penyemprotan dengan agensia hayati, yaitu dengan pemanfaatan jamur Beauvaria bassiana dengan dosis 2,5 kg bahan padat per ha setiap kali aplikasi. Dalam satu periode panen kopi dapat dilakukan 3 kali aplikasi (Ernawati et al., 2008).
Selain hal tersebut Hindayani et al., (2002), mengemukakan bahwa hama penggerek buah kopi (PBKo) sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi. Biasanya masuk buah dengan membuat lubang kecil dari ujungnya. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara hayati dengan beberapa sistem antara lain dengan pengendalian secara hayati dan pengendalian secara mekanis.
Pengendalian secara hayati dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Petik merah (buah yang masak pertama) buah yang terserang perusak buah kopi, dikumpulkan dan diperlakukan dengan jamur Beauvaria bassiana (Bb), kemudian ditutup dengan plastik jernih. Di biarkan satu malam sehingga hama dewasa akan keluar dari buah dan terinfeksi oleh Beauvaria bassiana. Hama dewasa ini akan kelihatan di bawah plastik. Hama dewasa tersebut dilepas sehingga dapat menularkan Beauvaria bassiana kepada pasangannya di kebun.
- Pemakaian jamur Beauveria bassiana pada saat kulit tanduk sudah mengeras, kira-kira bulan Desember atau Januari.
Sedangkan pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan cara memetik buah yang tertinggal pada pohon kopi dan pungut buah yang jatuh ke tanah. Sebaiknya buah yang dikumpulkan tersebut direbus atau dipendam. Hal ini penting untuk menurunkan jumlah penggerek buah kopi (PBKo) di kebun kopi karena cara ini dapat menghilangkan makanan untuk perusak buah kopi yang akan datang atau berpindah ke kebun serta yang sudah ada di kebun. Dengan menggunakan cara ini daur hidup penggerek buah kopidapat dipotong (Hindayani et al., 2002).
b. Penyakit
Penyakit pada tanaman kopi terutama disebabkan oleh nematoda parasit Pratylencus coffeae yang dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, kurus, batang mengecil, daun tampak tua menguning dan gugur sehingga daun yang tertinggal adalah yang diujung-ujung cabang. Pada serangan berat, pucuk akan mati, bunga dan buah prematur. Jika serangan sudah terjadi dari dalam tanah, tanaman akan mudah dicabut karena akar-akar serabutnya membusuk berwarna coklat sampai hitam. Teknik pengendalian penyakit ini adalah sebagai berikut:
- Dilakukan dengan menyemprot tanaman menggunakan nematisida (Oksamail, Etoprofos dan Karbofuran) terhadap tanaman yang terserang dalam kategori ringan.
- Pemusnahan tanaman terserang pada pusat-pusat serangan, dilakukan jika serangan yang menyebabkan penyakit yang berat (Ernawati et al., 2008).
Dalam Hindayani et al., (2002), disebutkan terdapat beberapa jenis penyakit penting pada tanaman kopi yakni:
- Penyakit karat daun yang disebapkan oleh Hemileia vastatrix, yang dapat menyerang dipembibitan sampai tanaman dewasa. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menanam varitas kopi Arabika yang tahan. Memperkuat kebugaran tanaman melalui pemupukan berimbang, pemangkasan dan naungan yang cukup. Secara kimiawi, melalui penyemprotan dengan fungisida kontak misalnya Anvil 50 SC 0,2% dan Tilt 250 ES 0,1% dll (Wiryadipura dalam PPKKI, 2008).
- Penyakit bercak daun yang disebapkan oleh Mycosphaerella coffeicola, yang dapat muncul di pembibitan sampai tanaman dewasa serta menyerang buah kopi. Pengendalian secara kultur tekhnis, dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan berimbang, pengendalian gulma serta pemangkasan kopi dan tanaman naungan. Secara kimiawi melalui penyemprotan dengan Bavistin 50 WP 0,02%, Cupravit OB 21 0,35% dll (Wiryadipura dalam PPKKI, 2008).
- Penyakit akibat nematoda yakni Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis, tanaman kopi yang terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan gugur. Pertumbuhan cabang-cabang primer terhambat sehingga menghasilkan sedikit bunga, buah prematur dan banyak yang kosong. Bagian akar serabut membusuk dan putus sehingga habis. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati. Pengendalian dilakukan dengan memberikan pupuk kandang 12 kg/ pohon/tahun. Membongkar pohon kopi yang terserang berat. Untuk mencegah penularannya perlu dibuat parit isolasi disekeliling tanaman sakit (dalam 40 cm dan lebar 30 cm) pada jarak 60 cm dari pangkal akar. Menanam jenis kopi yang tahan untuk digunakan sebagai batang bawah, misalnya: kopi ekselsa, kopi robusta klon BP 961 (Hindayani et al., 2002).
- Jamur upas (Corticium salmonicolor), dapat menyerang batang, cabang, ranting dan buah kopi. Infeksi jamur ini pertama kali terjadi pada sisi bagian bawah cabang ataupun ranting. Serangan dimulai dengan adanya benang-benang jamur tipis seperti sutera, berbentuk sarang laba-laba. Selanjutnya pada bagian tersebut terjadi nekrosis kemudian membusuk sehingga warnanya menjadi coklat tua atau hitam. Pengendalian dilakukan dengan memotong batang dan cabang yang sakit sampai 10 cm di bawah pangkal dari bagian yang sakit. Potongan-potongan ini dikumpulkan kemudian di bakar. Memetik buah-buah yang sakit, dikumpulkan dan dibakar atau dipendam. Pemangkasan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban kebun sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal pertanaman kopi (Hindayani et al., 2002).
- Penyakit akar, coklat, hitam, putih (Phellinus noxius, Rosellinia bunodes, dan Rigidoporus microporus), Ada tiga jenis penyakit jamur akar pada tanaman kopi, yaitu (1) jamur akar coklat; (2) jamur akar hitam; (3) jamur akar putih.
Pengendalian dilakukan dengan membongkar pohon terserang sampai keakarnya, lalu membakar. Lubang bekas bongkaran dibiarkan terbuka selama ± 1 tahun. Pohon sehat disekitar pohon sakit dan pohon-pohon sisipan ditaburi Trichoderma 200 gr/pohon dan pupuk kandang atau pupuk organik. Diulang setiap 6 bulan sampai areal tersebut bebas dari jamur akar (Hindayani et al., 2002).
2.2.9. Panen
Tanaman kopi Arabika yang dirawat dengan baik sudah berproduksi pada umur 2,5-3 tahun, tergantung iklim dan jenisnya. Di dataran rendah biasanya tanaman kopi lebih cepat berbuah dibandingkan di dataran tinggi.
Pemanenan buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak. Penentuan kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe) (Ernawati et al., 2008).
Buah kopi yang dipetik matang akan menghasilkan biji-biji kopi yang berkembang penuh dan mengandung unsur citarasa yang khas setelah di sangrai. Biji yang terpetik muda dan belum matang akan menjadi biji yang keriput saat dikeringkan dan berwarna hitam. Maka tidak dapat dibenarkan cara pemetikan secara racutan karena buah yang belum matang dan masih berwarna hijau akan turut terpetik (Siswoputranto, 1993).
Dalam Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Gayo (2000), menyebutkan sistem pemanenan yang umum dilakukan di dataran tinggi Gayo adalah sistem petik sortasi buah hijau. Panen harus dilakukan dengan cara berhati-hati dan secara manual yaitu pemetikan menggunakan tangan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan minimal 85% gelondong merah, maksimal 15 % elondong kuning dengan tanpa ada gelondong hijau atau hitam.









BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH

3.1. Letak dan Luas Daerah
Lokasi praktek ini adalah di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah. Secara geografis Kecamatan Permata terletak pada 4°47'36.80"LU atau 96°54'58.41"BT. Luas Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah adalah 193.50 Ha.
Batas-batas administrasi Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah adalah sebagai berikut.
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Utara .
- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Bandar dan Kecamatan Bukit.
- Sebelah Barat dengan Kec. Timang Gajah dan Kec. Pinturime Gayo.
- Sebelah Timur dengan Kecamatan Syiah Utama.
Kecamatan Permata terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) kampung atau desa. Secara umum seluruh desa tersebut memiliki kebun kopi rakyat. Lahan kopi di Kecamatan Permata seluas 9.147,50 ha dengan rata-rata produksi tanaman kopi mencapai 650-1100 kg biji kopi kering per ha (BAPPEDA Kabupaten Bener Meriah, 2009). Nama-nama desa di Kecamtan Permata Kabupaten Bener Meriah dapat dilihat pada Tabel 2.
3.2. Keadaan Tanah dan Topografi
Berdasarkan Peta Jenis Tanah (BAPPEDA Provinsi NAD 2006) pada Kecamatan Permata terdapat tiga jenis tanah yaitu jenis tanah Andosol, Latosol, dan Podsolik Merah Kuning.

Tabel 2. Nama Desa di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah
No Nama Desa No Nama Desa
1 Pantan tengah Jaya 15 Ceding ayu
2 Ayu ara 16 Darul aman
3 Bemer pepanyi 17 Jungke
4 Bintang bener 18 Penosan jaya
5 Bintang permata 19 Ramung jaya
6 Bale musara 20 Jelobok
7 Bale purnama 21 Pemango
8 Buntul pitri 22 Mumanang
9 Burni pase 23 Suku sara tangke
10 Gelampang wihtenang uken 24 Wihtenang toa
11 Kepies 25 Timur jaya
12 Seni antara 26 Uning sejuk
13 Rikit musara 27 Tawar bengi
14 Wihtenang uken
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2008
Tofografi merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah daerah yang komponen utama adalah kemiringan lereng. Factor lereng ditentukan oleh kecuraman lereng, panjang dan bentuk lereng, sehingga lereng sangat perlu diperhatikan sejak persiapan lahan, penanaman dan perawatan tanaman. Tanah yang memiliki kemiringan sangat curam akan lebih mudah terganggu atau rusak oleh erosi (Hardjowigeno, 2007).
Keadaan tofografi yang di jumpai di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah adalah datar sampai dengan curam (>40%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
3.3. Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah memegang peranan yang sangat penting untuk meningkatkan produksi pada tingkat yang optimal. Tingkat fruktuasi suatu produksi bukan hanya disebapkan oleh kesuburan yang rendah, tetapi juga ditentukan oleh cara penggunaan dan cara pengelolaan tanah tersebut.
Tabel 3. Keadaan topografi lokasi penelitian
No Lereng (%) Luas (Ha)
1.
2.
3.
4.
5. 0-2
2-15
15-25
25-40
>40 2600
2525
2655
5035
6535
Jumlah 19350
Sumber: BAPPEDA Kab. Bener Meriah 2009
Naik atau turunnya suatu produksi tanaman bukan hanya disebabkan oleh kesuburan tanah yang rendah, tetapi juga ditentukan oleh cara penggunaan dan cara pengolahan tanah tersebut. Penggunaan lahan di Kecamatan Permata berdasarkan BAPPEDA Kabupaten Bener Meriah (2009) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penggunaan lahan di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1.
2.
3.
4. Sawah/Kolam
Hutan
Perkebunan
Pemukiman/Perkantoran 27,600
12510
6810
2,370
Jumlah 19350
Sumber: BAPPEDA Kab. Bener Meriah 2009

Penggunaan lahan di lokasi penelitian berdasarkan BAPPEDA Kabupaten Bener Meriah (2009), pada umumnya meliputi lahan sawah/kolam 27,600 ha, perkebunan 6810 ha, hutan seluas 12510 ha, dan Pemukiman/Perkantorandengan luas mencapai 2,370 ha.
3.4. Keadaan Iklim
Data iklim Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah selama 10 tahun terakhir (1999 - 2009) diperoleh dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kabupaten Bener Meriah Tahun 2010 yaitu untuk tahun 2009. Keadaan iklim secara umum di Kabupaten Bener Meriah meliputi suhu udara maksimum sebesar 26oC - 32oC, sedangkan suhu udara minimum 18oC – 23oC. Kelembaban udara maksimum adalah 75,8% sedangkan minimum adalah 30%. Adapun rata-rata curah hujan, hari hujan, bulan kering dan bulan basah disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Curah Hujan, Hari Hujan Tahunan Kabupaten Bener Meriah
No. Tahun Curah Hujan
(mm) Hari Hujan (HH) Bulan Basah (BB) Bulan lembap
(Bl) Bulan Kering
(Bk)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009 164.67
181
102.75
157.08
91.25
151.83
171.25
134.23
171.15
133.26 15.42
11.83
12.17
13.17
8.42
11.08
13
10.42
12.5
12.67 9
9
5
9
3
7
8
5
11
5 3
2
3
1
3
0
3
5
1
5 0
1
4
2
6
5
1
2
0
2
Jumlah 1458.49 120.67 71 26 23
Rata-rata 145.85 12.07 7.1 2.6 2.3
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan , Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bener Meriah Tahun 2007
Berdasarkan data Tabel 5, diperoleh data curah hujan tahunan 145.85 mm/tahun dengan rata-rata bulan kering 2.3 bulan/tahun dan bulan basah 7.1 bulan/tahun. Data tersebut sangat sesuai dengan faktor keadaan dilapangan, untuk menentukan tipe curah hujan setempat dengan menggunakan nilai Q yaitu perbandingan rata-rata bulan kering dan bulan basah dengan formula Schmit dan Ferguson (dalam Karim dan Zailani, 1986).



Berdasarkan perhitungan nilai Q sebesar 32,39 %, maka Kabupaten Bener Meriah khususnya Kecamatan Permata termasuk dalam tipe iklim B (basah).
3.5. Keadaan Penduduk
Kecamatan Permata merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk dengan kepadatan pada peringkat ke lima setelah Kecamatan Bandar, Timang Gajah, Bukit, dan Kecamatan Wih Pesam. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah adalah 14.976 jiwa yang terdiri dari 7.552 jiwa laki-laki dan 7.424 jiwa perempuan, dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 3.371 KK.
Pada umumnya mata pencaharian penduduk dilokasi penelitian ini adalah bidang pertanian, yaitu sekitar 7825 jiwa dan hanya sedikit yang bergerak dibidang lain seperti pada bidang perdagangan, Pegawai Negeri, TNI/POLRI dan lain-lain (BPS. Kabupaten Bener Meriah 2008).
3.6. Keadaan Pertanian
Pembangunan yang berbasis pertanian di Kabupaten Bener Meriah mempunyai peranan penting dalam rangka pengembangan ekonomi daerah. Keadaan pertanian secara umum ditandai dengan adanya kegiatan-kegiatan sepeti bercocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, pengambilan hasil hutan sarta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi lima sub sektor yaitu: sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.
- Tanaman bahan makanan yang mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, tanaman kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan dan lainnya.
- Tanaman Perkebunan yang mencakup semua jenis kegiatan perkebunan yang di usahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan, komoditi yang dicakup meliputi Kopi, lada, tebu, tembakau, jambu mete, jarak, kakao, kapok, kayu masis, kelapa sawit, kemiri dan tanaman lainnya.
Dalam BAPPEDA (2009), kondisi lahan pertanian di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah khususnya untuk tanaman kopi luas lahan yang telah di usahakan masyarakat yakni seluas 8. 545 ha, sedangkan yang lainnya seperti perikanan luas daerah digunakan memcapai 254 ha.












BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan
4.1.1.Tanaman Kopi Arabika
Pembudidayaan tanaman kopi Arabika pada suatu daerah memerlukan suatu kondisi yang sesuai, baik iklim, tanah, maupun areal penanamannya. Disamping itu pemahaman dan pengalaman petani yang mengusahakan kopi sangat diperlukan, sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Berdasarkan pengamatan di lapangan produksi tanaman kopi Arabika rata-rata dapat mencapai 700 kg-1ha gabah kering. Di Kecamata Permata jenis kopi Arabika yang ditanam merupakan campuran beberapa varitas yang di anggap dapat menghasilkan bagi petani, varitas kopi Arabika yang dibudidayakan oleh petani antara lain adalah Arabusta Tim-tim, kopi ateng, Borbor , P 88 dan lainnya. Namun berdasarkan hal tersebut kualitas tanaman kopi Arabika di Kecamatan Permata masih perlu diperhatikan.
Adapun cara pembudidayaan tanaman kopi Arabika di Keamatan Permata Kabupaten Bener Meriah yang dilakukan petani adalah sebagai berikut.
a. Persiapan Lahan
Dari hasil pengamatan di lapangan, lahan yang di gunakan untuk tanaman kopi Arabika di Kecamtan Permata dibedakan menjadi dua yakni lahan bekas pertanaman tanaman kopi yang tertinggal akibat konflik Aceh dan lahan baru yang merupakan hutan yang di konversi menjadi lahan pertanaman kopi Arbika.

b. Pengolahan Tanah
Umumnya pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Permata pada saat pembuatan lubang tanam yakni dengan memasukkan tanah yang ada dipermukaan (lapisan top soil) kedalam lubang tanam yang telah digali atau dengan menambahkan bahan organik.
c. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam pada budidaya tanaman kopi Arabika di Kecamatan Permata umumnya adalah dengan menggali tanah yang telah diberi tanda berupa blok penanaman dengan jarak 2.5m x 2.5m. lubang tanam yang dibuat dengan ukuran 40 x 60 x 60cm.
d. Pembibitan
Pembibitan yang dilakukan petani di Kecamatan Permata meliputi beberapa proses yakni:
1. Pemilihan bibit
Pemilihan bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan budi daya tanaman kopi. Bibit yang digunakan petani pada lokasi praktek ini adalah bibit yang berasal dari pohon-pohon tanaman kopi setempat yang di anggap baik oleh petani. Tanaman induk merupakan tanaman pada masa panen besar.
2. Penyemaian
Bibit kopi yang telah disiapkan kemudian dilakukan penyemaian. Penyemaian dilakukan dengan mengecambahkan biji tanaman kopi pada tempat persemaian selama lebih kurang satu bulan.
e. Penanaman
Di Kecamatan Permata Umunya petani yang akan melakukan penanaman dengan tidak mempertimbangkan waktu penanaman.
f. Pemupukan
Berdasarkan pengamatan dilapangan umumnya budidaya tanaman kopi Arabika yang dilakukan petani masih dilakukan secara organik.
g. Pemeliharaan
Umunya pemeliharaan tanaman kopi Arabika di Kecamatan Permata masih dengan cara konvensional.
h. Pengendalian Hama dan Penyakit
Jenis hama yang umunya banyak menyerang tanaman kopi Arabika adalah Penggerek batang atau cabang (Zeuzera coffeae), semut dan kutu putih yang biasanya menyerang pohon pelindung tanaman.
Jenis penyakit yang umunya banyak menyerang tanaman kopi Arabika adalah Karat daun kopi (Hemileia vastatrix), Bercak daun kopi (Mycosphaerella coffeicola), dan Jamur upas (Corticium salmonicolor).
i. Panen
Pemanenan yang dilakukan oleh petani di kecamatan Permata adalah dengan memetik satu per satu buah kopi Arabika yang sudah berwarna merah atau masak.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Persiapan Lahan
Dari hasil pengamatan di lapangan, lahan yang di gunakan untuk tanaman kopi Arabika di Kecamtan Permata dibedakan menjadi dua yakni lahan bekas- pertanaman tanaman kopi yang tertinggal akibat komplik Aceh dan lahan baru yang merupakan hutan yang di konversi menjadi lahan pertanaman kopi Arbika.
- Lahan Bekas Perkebunan
Seperti yang telah disebutkan di atas, lahan ini merupakan lahan yang pernah di tanami dengan tanaman kopi Arabika namun lahan tersebut menjadi lahan tertinggal akibat konflik berkepanjangan yang menimpa Aceh beberapa tahun lalu. Persiapan yang dilakukan pada lahan ini adalah dengan menebang seluruh pohon yang ada pada lahan tersebut termasuk bekas batang tanaman kopi, dan membersihkan semak atau rerumputan. Kemudian di biarkan beberapa bulan hingga tumbuhan tersebut menjadi kering sehingga dapat dengan mudah untuk dibakar. Selanjutnya lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman yang tidak habis terbakar. Pada umunya proses persiapan lahan dilakukan selama enam bulan dan telah siap untuk dilakukan proses penanaman.
- Lahan Bukaan Baru
Lahan ini merupakan hutan yang akan dikonversi oleh petani menjadi lahan tanaman kopi Arabika dengan cara menebang pepohonan pada lahan tersebut sampai bersih. selanjutnya dibiarkan mengering untuk kemudian di lakukan pembakaran. Setelah pembakaran selesai lahan kemudian di bersihkan dari bekas pepohonan yang tidak habis terbakar. Peroses ini umunya membutuhkan waktu 6 bulan hingga dapat dilakukan penanaman tanaman kopi.
4.2.2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah di Kecamatan Permata umunya dilakukan pada saat pembuatan lubang tanam yakni dengan memasukkan tanah yang ada dipermukaan (lapisan top soil) kedalam lubang tanam yang telah digali atau dengan menambahkan bahan organik sperti pupuk kandang dan limbah kulit kopi.
Lapisan permukaan tanah yang dimasukkan kedalam lubang pertanaman merupakan tanah yang berasal baik dari sekitar lubang tanam maupun yang di ambil dari tempat lain yang di anggap baik terhadap pertumbuhan tanaman kopi. Sedangkan bahan organik yang banyak digunakan petani yakni kulit kopi dari hasil penggilingan kopi gelondongan yang dicampur dengan pupuk kandang.
4.2.3. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam yang dilakukan oleh petani di Kecamtan Permata Kabupaten Bener Meriah adalah dengan menggali tanah yang telah diberi tanda berupa blok (ajir) penanaman dengan jarak 2.5 m x 2.5 m dan lubang tanam yang dibuat dengan ukuran 40 x 60 x 60 cm.
4.2.4. Pembibitan
1. Pemilihan bibit
Umumnya pemilihan bibit yang dilakukan petani di kecamatan Permata yakni dengan memetik dan memilih buah tanaman kopi yang telah matang dengan baik dan di anggap berkualitas untuk di kembangkan oleh petani. Adapun kreteria buah tanaman kopi yang digunakan sebagai bibit yakni :
- Biji yang di ambil berada pada pertengahan cabang.
- Buah yang diambil merupakan buah berbiji dua.
- Tanaman merupakan tanaman yang telah lama di panen.
2. Penyemaian
Penyemaian bibit tanaman kopi Arabika yang dilakukan petani di Kecamatan Permata adalah dengan menyiapkan tanah dalam polibag dengan tanaman pelindung atau yang telah banyak digunakan berupa jarring-jaring. Bibit yang telah dipindahkan kedalam polibag kemudian dibiarkan sampai tanaman akan ditanam pada lahan pertanaman pada waktu yang diinginkan, umunya bibit telah siap tanam pada umur 6 bulan. Pada peroses pembibitan ini perawatan yang dilakukan meliputi penyiangan gulma, dan pemupukan yang bertujuan untuk meransang pertumbuhan bibit tanaman kopi.
4.2.5. Penanaman
Di Kecamatan Permata umunya petani yang akan melakukan penanaman tidak mempertimbangkan waktu penanaman. Penanaman yang dilakukan oleh petani yakni dengan menggali kembali lubang tanam yang telah di tutup dengan ukuran yang lebih kecil atau disesuaikan dengan ukuran polibag. Untuk bibit tanaman yang di semai dalam polibag pada saat penanaman polibag tersebut dilepaskan dan memotong bagian bawah akar tanaman.
Setelah lubang tanam disiapkan dan bibit telah siap untuk di tanam bibit dimasukkan kedalam lubang tanam dengan kedalam sekitar batas leher akar, selanjutnya ditutup dengan tanah yang telah digali dan disiram dengan air.
4.2.6. Pemupukan
Umumnya budi daya tanaman kopi Arabika yang di usahakan oleh petani di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah masih secara organik dan hanya sebagian kecil petani yang menggunakan pupuk buatan maupun pestisida pada tanaman sayuran yang di tumpangsarikan dengan tanaman kopi misalkan tomat, kubis, kentang, kol, wortel, dan cabai.

4.2.7. Pemeiharaan
Umunya pemeliharaan tanaman kopi Arabika di Kecamatan Permata masih dengan cara konvensional. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemangkasan, pengendalian lumut atau benalu pada batang, dan penyiangan gulma.
Pemangkasan dilakukan dengan mengambil atau memotong cabang-cabang yang tidak produktif yakni cabang primer (yang kokoh), cabang balik, cabang liar, tunas air dan cabang yang rusak. Pembersihan lumut dan benalu pada batang dilakukan dengan melakukan penyikatan dan mencabut secara manual.
Penyiangan gulma dilakukan dengan membersihkan lahan pertanaman dari gulma yang dapat menyebapkan persaingan untuk mendapatkan unsur hara bagi pertumbuhan dan produktifitas tanaman kopi. Penyiangan dilakukan menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul dan parang, selain itu juga pembersihan gulma dilakukan dengan melakukan penyemprotan menggunakan herbisida yang bertujuan untuk membunuh gulma.
4.2.8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada tanaman kopi Arabika merupakan suatu faktor penghambat yang dapat mengurangi produktifitasnya. Jenis penyakit yang umunya banyak menyerang tanaman kopi Arabika di kecamatan Permata adalah Karat daun kopi (Hemileia vastatrix), Bercak daun kopi (Mycosphaerella coffeicola), dan Jamur upas (Corticium salmonicolor). (bana semprot pake uak niyok, dan pembersihan dengan ringso dengan cara di semprot).


4.2.9. Panen
Pemanenenan umunya telah dapat dilakukan pada saat tanaman telah berumur 2,5 – 3 tahun sejak penanaman. Pemanenan yang dilakukan oleh petani di kecamatan permata adalah dengan memetik satu - per satu buah kopi Arabika yang sudah berwarna merah atau telah masak. Umumnya pelaksanaan pemanenan dilakukan secara bergotongroyong baik dari kalangan keluarga maupun orang lain. Waktu pemanenan yang dilakukan petani yakni berturut-turut setiap 15 hari sekali.















BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Ditinjau dari letak geografis keadaan topografi dan iklimnya Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah umunya merupakan daerah yang cukup potensial untuk dilakukan pengembangan tanaman kopi Arabika.
2. Penaman kopi Arabika yang di budi dayakan petani sebagian besar belum dilakukan dengan memperhatikan tindakan konservasi tanah dan air terutama pada daerah yang berlereng sedang sampai curam.
3. Varitas tanaman kopi yang di usahakan petani di Kecamatan Permata merupakan campuran beberapa varitas yang ditanami dalam suatu lahan.
4. Pada perkebunan tanaman kopi di kecamatan Permata, hanya sebagian kecil melakukan pemupukan dengan pupuk buatan, umunya menggunakan organik.
5. Untuk saat ini pengendalian hama dan penyakit masih belum banyak dilakukan sehingga menyebapkan semakin berkurangnya produktifitas tamaman yang di usahakan petani.
6. Masih kurangnya pemahaman petani dalam pemeliharaan tanaman sehingga produktifitas masih rendah seiring bertambahnya umur tanaman.


5.2. Saran
1. Dengan adanya sertifikasi beberapa vartitas unggulan kopi Arabika Gayo hendaknya dilakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada petani agar dapat diperoleh kualitas dan produktifitas tanaman kopi Arabika yang baik.
2. Perlu dilakukan pemberian pemahaman pentingnya usaha konservasi tanah melalui penyuluhan dan demplot dalam menjaga produktifitas tanaman yang di usahakan.















DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2010. Budidaya Tanaman Kopi. Koprasi Usaha Subur Sumatra Utara, www.koperasisubur.com.

BAPPEDA Kabupaten Bener Meriah, 2009. Sistem Informasi Profil Daerah.

Bina UKM, 2010. Standar Teknis Budi Daya Tanaman Kopi, http://binaukm.com
/standar-teknis-budidaya-tanaman-kopi.

BPS, BAPPEDA Kabupaten Bener Meriah. Bener Meriah Dalam Angka 2008.

Ernawati, W.A Ratna, Slameto, 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor, Indonesia.

Karim, A. Yardha, dan Yusuf, A (2000). Pengembangan Kopi Arabika Organik di Aceh Tengah: Ketersediaan Pupuk Organik dari Bahan Baku Lokal. Monograf series No.1, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh berkerja sama dengan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Banda Aceh. Jl. P. Nyak Makam No.27 Lampineung Banda Aceh.

Karim K dan K. Zailani, 1986. Dasar-dasar Klimatologi. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Gayo (Arabika) Versi Rinci, 2009. Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) Indikasi Geografis Dataran Tinggi Gayo.

PPKKI, 2008. Panduan budidaya dan pengolahan kopi arabika Gayo, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008.

Pustaka Online DEPTAN, 2010. Budi daya Tanaman Kopi, Http://katalog.pustaka-deptan.go.id.

Handayani. D, Judawi. D, Priharyanto. D, C. Gerory, N. R. P, Gusti, Mangan . J, Untung. K, Sianturi. M, Mundy. P, Riyatno, 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian, Jakarta.

Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Siswoputranto, 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius (Anggota IKAPI). Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.

Yardha dan Karim, A. 2000. Pengembangan Kopi Arabika di Aceh Tengah: Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan. Monograf series No.1, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh berkerja sama dengan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Banda Aceh. Jl. P. Nyak Makam No.27 Lampineung Banda Aceh.

Tidak ada komentar: